Rabu, 28 Januari 2015

Sehari di Tiga Masjid: Kubah Emas, Andalusia, dan Az-Zikra (3-Selesai)



foto: iwang dwiartha noegroho

Oleh: Marmi Panti Hidayah
Begitu selesai menunaikan shalat Ashar dan dzikir petang di Masjid Andalusia, kami melanjutkan perjalanan ke Masjid Az-Zikra. Masjid ini berada di perumahan Bukit Az-Zikra, Desa Cimpabuan Sentul. Dari arah Masjid Andalusia tinggal balik arah menuju bundaran lalu ke kiri lurus hingga melintasi di bawah jembatan.
Jalan menuju Masjid Az-Zikra agak curam dan sepi, sehingga disarankan lebih berhati-hati ketika mengendarai mobil. Apalagi bagi jamaah yang ke masjid ketika hari masih gelap.
Ketika memasuki halaman Masjid Az-Zikra, ruang parkir masih sepi. Suasananya sangat tenang.
Masjid yang dibangun atas anggaran dari World Islamic Call Society (WICS), sebuah organisasi dakwah Islam dunia ini, terkesan megah. Mengutip web Masjid Az-Zikra, pembangunan tahap pertama masjid ini dilakukan pada Februari 2009. Dan kini tengah mengembangkan pembangunan pesantren.
Masjid dibangun di atas lahan seluas 12.600 meter, terdiri dari bangunan masjid, convention hall, menara setinggi 57 meter, air mancur, dan lift. Masjid ini mampu menampung hingga 22.000 jamaah. Masjid dilengkapi payung-payung mirip payung Masjid Nabawi untuk bernaung para jamaah yang berdzikir dan tidak tertampung di dalam masjid.
Masjid berlantai tiga ini sangat rapi dalam penataan ruang. Jamaah yang baru pertama kali masuk ke Az-Zikra tak perlu bingung jika ingin ke tempat wudhu maupun tempat shalat. Sebab, ada petunjuk di sepanjang lorong gedung.
Toilet dan tempat wudhu terpisah, memberikan kesan ruang bersuci sangat bersih dan nyaman. Tempat wudhu tersedia dua jenis, ada yang bisa dilakukan sambil duduk dan berdiri. Terdapat pula ruang untuk merapikan busana yang dikenakan usai berwudhu.
Untuk shalat, kami harus menaiki anak tangga dan memasuki ruang shalat yang sebagian kecil disekat untuk jamaah perempuan. Bagi orang yang tidak mampu naik tangga karena faktor usia atau keterbatasan fisik, bisa memanfaatkan lift yang tersedia.
Tak berapa lama setelah melakukan shalat Tahiyatul Masjid, adzan maghrib berkumandang. Jamaah mulai berdatangan dan memenuhi ruang shalat.
Usai adzan berkumandang, jamaah melakukan shalat sunnah qobliyah selanjutnya shalat Maghrib berjamaah.
Bacaan shalat dari sang imam yang sangat syahdu terasa menyentuh kalbu. Tak terasa air mata berlinang. Rasanya bahagia sekali bisa mengunjungi Rumah Allah yang agung di kawasan Sentul ini. “Ya Allah, Alhamdulillah kami diberi kesempatan mengunjungi Masjid Az-Zikra ini. Semoga kelak kami bisa kembali lagi berdzikir dengan bimbingan KH Muhammad Arifin Ilham.

Sabtu, 24 Januari 2015

Sehari di Tiga Masjid: Kubah Emas, Andalusia, dan Az-Zikra (2)

foto: iwang dwiartha noegroho

Oleh: Marmi Panti Hidayah

Usai shalat dzuhur, kami meninggalkan Masjid Kubah Emas Dian Al-Mahri untuk selanjutnya menuju Masjid Andalusia di Jl Ir H Juanda, Sentul. Tetapi sempat salah jalan.

Seharusnya dari Masjid Kubah Emas kami kembali ke arah Cinere, Fatmawati, dan langsung masuk tol menuju Sentul. Tetapi karena harus makan siang dulu, kami mengambil jalan arah Kota Depok. Alhasil, kami terjebak kemacetan di beberapa ruas jalan.

Setelah berhasil masuk Tol Jagorawi, kendaraan keluar di Pintu Tol Sentul City dan kemudian mengambil arah kiri Jl MH Thamrin. Begitu ada bundaran, tinggal memutar mengarah pada Jl Juanda.

Kemacetan di jalan membuat jadwal sedikit berantakan. Kami tiba di sana sekitar pukul 16.00, sehingga ketinggalan waktu shalat berjamaah. Tapi, tetap saja kami bersemangat untuk beribadah di sana.

Nama masjid ini unik, mengingatkan pada sebuah daerah Selatan Spanyol, Andalusia, yang dikenal memiliki gedung-gedung cantik yang merupakan perpaduan arsitektur Arab dan Kristen. Orang yang baru pertama kali singgah di sini, mungkin akan terheran-heran pada namanya.

Dalam laman Tazkia.ac.id disebutkan bahwa pembangunan Andalusia Islamic Center memang terinspirasi dari kejayaan peradaan kekhalifahan islam di Andalusia. Pada waktu itu, kehidupan masyarakat sangat makmur dan wilayah itu menghasilkan ilmuwan-ilmuwan muslim dari berbagai bidang.

Oleh karena itu, Andalusia Islamic Center diharapkan menjadi wadah pendidikan dan pencerahan umat islam di Indonesia khususnya Jabodetabek.

Tempat ibadah ini tergolong megah. Memiliki satu kubah besar yang dikelilingi empat menara. Masjid Andalusia berada di kompleks Andalusia Islamic Center. Di kompleks ini terdapat kampus STEI Tazkia, gedung pertemuan Al Hambra, Tazkia Global Islamic School, TK Islam Terpadu, dan Gedung Pemberdayaan Umat.

Ruang parkirnya cukup luas. Sebelum ke ruang shalat, kita bisa mengambil air wudhu di lantai bawah. Ruangan tempat wudhu cukup luas, sehingga nyaman bagi jamaah yang sedang bersuci.

Selanjutnya, jamaah menaiki anak tangga menuju ruang shalat. Bagi jamaah yang sudah lanjut usia atau tengah menderita gangguan fisik, perlu lebih berhati-hati dalam menaiki anak tangga ini.

Tempat shalat di Andalusia cukup nyaman, sehingga kami bisa shalat Ashar dan dzikir petang secara khusyuk. Ruangannya luas dan terang karena bangunannya memiliki banyak jendela terbuka. Jika melongok dari balik jendela, akan terlihat bangunan Tazkia Global Islamic School.

Langit-langit kubahnya yang berhias kaligrafi dengan ornament sangat menarik.

Masjid Andalusia dan kompleks Islamic Center ini terbangun atas gagasan Yayasan Tazkia pimpinan M Syafii Antonio. Ia adalah seorang mu’alaf dan kini menjadi pakar ekonomi syariah.

Syafii Antonio sebelumnya bernama Nio Cwan Chung, seorang WNI keturunan Tionghoa. Dalam web Andalusia disebutkan, sejak kecil Syafii Antonio menganut ajaran Konghucu, karena ayahnya seorang pendeta Konghucu. Meski demikian, Nio kecil sering memperhatikan cara-cara ibadah orang muslim. Lantaran sering memperhatikan, lama-lama ia merasa suka dan diam-diam melakukan shalat meski belum masuk muslim.

Beruntung keluarganya memberikan kebebasan untuk memilih agama. Oleh karena itu, Nio kecil sempat masuk menjadi penganut protestan dan berganti nama Pilot Sagaran Antonio.

Namun, pada usia 17 tahun dan masih duduk di bangku SMA, Antonio memeluk agama islam. Ia mengucapkan dua kalimat syahadat pada tahun 1984 dengan dibimbing KH Abdullah bin Nuh al-Ghazali. Namanya berubah menjadi Syafii Antonio.