![]() |
Pantai Indrayanti (Foto: Marmi Panti Hidayah) |
Oleh: Marmi Panti Hidayah
Waktu yang paling pas untuk menikmati keindahan pantai adalah pagi atau sore hari. Saat pagi, matahari belum memancarkan sinar panasnya, sehingga menyusuri pasir pantai bisa dilakukan dengan nyaman. Begitu pula pada sore hari, selain tidak terasa panas kita bisa menyaksikan panorama terbenamnya matahari yang sangat cantik.
Dengan pertimbangan tersebut, kami menyusuri eloknya beberapa laut di Gunung Kidul pada pagi hari. Tepat pukul 06.30, berangkat dari penginapan di kawasan Jl Adi Sucipto Jogjakarta menuju Pantai Indrayanti, melalui Janti lalu menyusuri Jl Wonosari melewati Piyungan, tanjakan Bukit Bintang, dan terus mengikuti jalan menuju Kota Wonosari.
Infrastruktur jalan dari Kota Jogja menuju Wonosari sangat baik. Jalanan cukup mulus. Karena masih pagi hari, perjalanan sangat lancar dan bebas kemacetan, termasuk di pertigaan Wiyoro hingga Piyungan yang terkenal cukup padat kendaraan.
Untuk mencapai Pantai Indrayanti, kita tinggal mengikuti jalan lurus hingga kawasan Tepus. Ada rambu-rambu petunjuk arah yang bisa kita ikuti. Namun jangan berharap, petunjuk arah itu menyebutkan nama Pantai Indrayanti. Sebab, petunjuk arah menyebutnya Pantai Pulang Sawal (nama asli Pantai Indrayanti).
Baru setelah memasuki kawasan Tepus, kita akan menemukan rambu menuju arah Pantai Indrayanti.
Untuk mencapai Pantai Indrayanti, harus melewati jalanan berkelok-kelok, tanjakan dan turunan tajam. Kendatipun jalan raya yang dilalui mulus, tak urung perut terasa dikocok-kocok dan menimbulkan rasa mual. Oleh karena itu, sangat penting sarapan pagi sebelum menempuh perjalanan ke Pantai Indrayanti alias Pantai Pulang Sawal, agar perut tidak kembung.
Hanya butuh waktu 1,5 jam untuk sampai ke Pantai Indrayanti. Di pintu masuk pantai, kita harus membayar retribusi Rp 10.000 per orang, belum termasuk ongkos parkir di tempat.
Hembusan angin lembut menyapa, begitu sampai di bibir pantai. Debur ombak pantai selatan langsung menyita perhatian. Begitu pula pasir putih yang menghampar di depan mata.
Sudah banyak wisatawan datang tapi hanya beberapa orang yang berani mendekati ombak. Beberapa anak muda memilih naik ke perbukitan karang di sisi laut untuk menikmati indahnya laut maha luas dan batu karang di sekitarnya. Ketika kami mencoba mengikuti langkah anak-anak muda itu, tiba-tiba dihadang pecahan ombak yang terlalu menjorok ke daratan.
“Hati-hati Ibu, tidak usah diteruskan ke bukit. Air laut tiba-tiba saja pasang. Ombak tadi menimpa semua dagangan saya,” kata seorang perempuan pedagang makanan, sembari menunjuk kiosnya yang basah. Kursi-kursi dan makanan yang dijualnya baru saja dihantam ombak.
Menurutnya, belakangan ini ombak Pantai Indrayanti tak bisa diprediksi. “Biasanya pecahan ombaknya cuma sampai pasir putih. Tapi bisa saja tiba-tiba pecahan ombaknya sampai menyapu kios pedagang di sini,” tuturnya.
Kondisi itu pula yang menyebabkan wisatawan enggan mendekati ombak. Jet ski pun tak ada yang beroperasi.
Sekitar 50 meter dari tempat tersebut, seorang pedagang lain sedang sibuk memindahkan bangku-bangku kayunya menjauh dari kios.
“Bangkunya saya pindah Bu, soalnya tadi ombak menerjang ke sini,” kata pemilik kios makanan ringan seperti mie, bakso, kopi, dan nasi rames. Terlihat sekali pemilik kios ini gelisah melihat ganasnya ombak pagi hari itu.
Pantai Indrayanti ternyata menghadapi ancaman abrasi yang serius. Padahal, di sepanjang pantai berdiri aneka tempat usaha rakyat, dari tempat makan hingga penginapan. Tanaman penghalang ombak masih sangat minim, sehingga bibir pantai terus tergerus. Jika melihat ancaman pengikisan pantai ini, relokasi tempat usaha rakyat mesti sudah dipikirkan agar tidak terlalu dekat dengan bibir pantai.
Pesona Pantai Indrayanti sudah menyedot perhatian wisatawan domestik maupun asing. Pemerintah daerah setempat juga tampaknya sudah sadar wisata, sehingga membangun infrastruktur penunjang. Geliat pariwisata ini dengan sendirinya juga menghidupkan perekonomian masyarakat setempat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar