Sejujurnya, aku tidak
pernah memimpikan jalan-jalan ke Bromo. Namun secara kebetulan aku dan keluarga mendapat “hadiah” dari Allah
untuk menikmati keindahan Bromo pada Juli 2013.
Tepatnya sepekan sebelum
Ramadan, aku memenuhi janjiku untuk mengantar kakak dan ponakan menemui ibu
mertua/nenek yang sudah sepuh di Lumajang, Jawa Timur.
Aku dan suami yang
berencana jalan-jalan ke Lombok, memilih membatalkan rencana tersebut demi ke
Jawa Timur. Akhirnya kami memilih bersilaturahmi ke Lumajang sembari
jalan-jalan.
Pilihan kami jatuh ke
Batu, Malang dan Bromo. Berangkat menggunakan KA Gajayana dengan tiket
Rp400.000/orang (Gambir-Malang) dan pulang menggunakan Lion Air dari Bandara
Juanda-Bandara Soeta Rp550.000/orang (tarif terbilang mahal karena sedang musim
liburan).
Coban Rondo, Batu |
Persiapan tersebut membuat
perjalanan sangat menyenangkan dan serba beres. Kami berangkat beramai-ramai
bersama suami, anakku Lorosae (13) dan Muhammad Palwa (5,5), kakakku Mbak Puji,
ponakanku Ghista, adikku Yekti bersama suaminya, Heri, dan anaknya, Kenzi (1,5
tahun).
Berangkat dari Stasiun Gambir sekitar pukul 18.00, tiba di Stasiun Malang Kota sekitar pukul 09.15. Mobil yang kusewa juga sudah siap di stasiun.
Lantaran villa di Batu
baru check in jam 14.00, maka tujuan awal kami adalah kuliner dan mengunjungi
air terjun Coban Rondo.
Udara sejuk menyapa kami
saat memasuki Coban Rondo. Tubuh seketika menjadi segar setelah berjam-jam di
perjalanan. Air yang mengalir di sungai masih bersih dan dingin.
Setelah cukup lama
menikmati Coban Rondo, kami menuju villa untuk check in. Lantas, kami istirahat untuk kemudian mengunjungi Batu
Night Spectacular (BNS). Lokasi wisata ini berisi
permainan untuk menguji nyali, mirip Dufan, Ancol. Tentu saja fasilitas
permainannya masih lebih lengkap di Dufan.
Sekitar pukul 20.30 WIB,
kami meninggalkan BNS dan menuju sebuah warung makan penyedia sate kelinci. Ini
atas petunjuk pengemudi mobil yang kami sewa, katanya sate kelinci salah satu
kuliner khas Batu.
Usai menikmati sate
kelinci yang rasanya memang beda dan lebih keras dibanding sate ayam, kami
kembali ke villa untuk istirahat.
![]() |
Pintu Masuk BNS, Batu |
Empat jam kemudian kami
tiba di Lumajang. Setelah bersilaturahmi dengan mertua kakakku, sekitar pukul
16.00 kami berangkat ke Bromo.
Oleh karena kami sudah
memesan penginapan di Bromo Surya Indah, di Wonokitri, maka jalur yang kami
lalu adalah Pasuruan.
Untuk menuju Bromo,
sebenarnya bisa dilakukan dari Batu (Malang), Probolinggo, maupun Pasuruan.
Misalkan kita mau berangkat dari Batu, tinggal memesan jip yang akan membawa
kita ke Gunung Bromo.
Bromo melalui Probolinggo
merupakan jalur paling popular. Menurut pengemudi jip yang mengantar kami
mengelilingi Bromo, perbedaan berangkat dari Probolinggo dan Pasuruan hanya
soal waktu.
Jika menginap di
Probolinggo, untuk bisa menikmati matahari terbit di pananjakan Bromo kita
harus berangkat lebih cepat dibanding dari Pasuruan. Sebab, jarak Probolinggo
dengan Pananjakan lebih jauh dibanding Pasuruan ke Bromo.
Sebagai contoh, jika kita menginap di Probolinggo, maka kita harus sudah berangkat ke Pananjakan sekitar pukul 02.30-03.00 WIB. Sedangkan bila kita menginap di Pasuruan, kita bisa berangkat pukul 04.00 WIB.
Sebagai contoh, jika kita menginap di Probolinggo, maka kita harus sudah berangkat ke Pananjakan sekitar pukul 02.30-03.00 WIB. Sedangkan bila kita menginap di Pasuruan, kita bisa berangkat pukul 04.00 WIB.
Bersama Jip sewaan |
Bila kita tidak sempat memesan tempat, Anda bisa berkonsultasi kepada petugas pos yang berja
ga sebelum memasuki Wonokitri. Tanpa Anda tanya pun, banyak warga yang menawarkan penginapan.
Soal makan di penginapan,
kita juga bisa memesan makanan. Namun sebaiknya kita juga membawa perbekalan,
karena dalam cuaca dingin perut mudah sekali lapar.
Kembali ke perjalanan kami, untuk menuju Wonokitri dari Kota Pasuruan, kami harus melalui perjalanan
yang menanjak dan berliku-liku. Untungnya kondisi jalan sangat mulus. Di kanan
kiri jalan adalah hutan, dan hanya sesekali tampak perumahan penduduk.
Sayangnya kami melalui jalan tersebut dalam kondisi gelap (sudah malam), jadi kami tidak bisa menikmati indahnya pepohonan. Pengemudi pun harus ekstra hati-hati lantaran jalanan yang berkelok-kelok.
Sayangnya kami melalui jalan tersebut dalam kondisi gelap (sudah malam), jadi kami tidak bisa menikmati indahnya pepohonan. Pengemudi pun harus ekstra hati-hati lantaran jalanan yang berkelok-kelok.
Sekitar 1-2 Km menjelang
penginapan Bromo Surya Indah, mobil kami dihentikan petugas pos. Jauh hari
pengelola Bromo Surya Indah berpesan,”Ibu, kalau ditanya petugas pos, jawab
saja: kami tamu Pak Teguh. Nanti ibu langsung disuruh melanjutkan perjalanan”.
Betul juga, ketika kami
sampaikan pada petugas pos bahwa kami adalah tamu Pak Teguh, kami dipersilakan
jalan kembali. Rupanya, nama Pak Teguh ini populer.
Bromo Surya Indah memiliki
tempat parkir yang lapang. Begitu kami tiba, pengelola penginapan yakni Ibu
Teguh, langsung menyambut kami. Kami pun memesan makanan untuk makan malam.
Anda ingin tahu apa makanannya? Wow....sangat sederhana tapi lezatttt, karena
hangat.
Makanan yang dihidangkan
nasi panas, tumis kedelai campur tauge pedas, kerupuk, sup panas, tempe tahu,
telur ceplok, dan sambal. Untuk kami sembilan orang, harga makanan tersebut hanya
sekitar Rp 125.000.
Setelah makan malam,
beberapa sopir menawarkan sewa jip. Lumayan mahal, sewa jip Rp 600.000,
sebab saat itu musim liburan. Kami pun menyewa 2 jip agar sedikit lega. Satu
jip berisi 5 orang dan satu jip 4 orang.
![]() |
Di Penginpan Bromo Surya Indah |
Udara yang sangat dingin membuat kami tidur dalam kondisi baju siap berangkat ke gunung. Kami memakai jaket tebal, sarung tangan, kaos kaki, dan penutup kepala (Barang-barang perlengkapan ini bisa dibeli di lokasi penginapan).
Pukul 04.00 kami dijemput
sopir. Semua telah bersiap. Begitu keluar dari penginapan, Masya Allah ratusan
jip telah bersiap membawa para wisatawan. Dalam udara yang sangat dingin, kami
menuju jip.
Beberapa menit kemudian,
jip-jip itu melakukan konvoi menuju Pananjakan 1 untuk menyaksikan indahnya
matahari terbit di puncak Bromo. Di sini, udara sangat dingin. Biarpun sudah
mengenakan jaket tebal, udara masih menembus tulang-tulang kami.
Warung makan di Pananjakan |
Oleh karena itu, kami
putuskan menyewa jaket parasut tebal Rp 10.000 per jaket. Untuk menyewa jaket
ini mudah saja, karena penyewa menyambut kami begitu turun dari jip. Soal
pengembalian, nanti ada petugas lain yang mencari kami. Jadi kita nggak perlu
repot-repot mengembalikan.
Oh ya, di Pananjakan ini
juga banyak warung makan. Sambil menunggu matahari terbit, kita bisa
menghangatkan badan dengan minum kopi, teh panas, maupun makanan penghangat
lainnya.
Untuk shalat Subuh, di
Pananjakan terdapat ruang kecil yang dijadikan musala. Kami berwudhu
menggunakan air aqua dan kemudian shalat Subuh. Setelah itu, baru melanjutkan
ke tempat paling tinggi untuk menyaksikan matahari terbit.
Setelah matahari terbit (1) |
Kami harus melalui tanjakan
yang berundak-undak. Bagi wisatawan yang membawa anak kecil, tak perlu khawatir
karena di sini banyak orang menawarkan jasa menggendong anak bertarif
Rp5.000-10.000.
Namun karena suasana gelap, disarankan untuk berpegangan pada sang penggendong bila Anda ingin memanfaatkan jasanya agar tak terpisah dengan si buah hati.
Namun karena suasana gelap, disarankan untuk berpegangan pada sang penggendong bila Anda ingin memanfaatkan jasanya agar tak terpisah dengan si buah hati.
Setelah matahari terbit (2) |
Cantik nian Bromo. Rasanya
sulit melukiskan keindahan itu dengan kata-kata. Yang terucap
hanyalah,”SubhanAllah, Masya Allah...”
Usai menyaksikan proses
terbitnya matahari di pucuk Bromo, jip membawa kami menikmati Pananjakan II,
Bukit Teletubies dan Padang Savana, Kawah Bromo, dan Pasir Berbisik.
Mengapa disebut bukit teletubies, karena bukitnya memang mirip dengan bukit di film anak-anak teletubies. Terlihat sangat lembut dan memiliki lubang (lembah) tempat munculnya tokoh teletubies.
Mengapa disebut bukit teletubies, karena bukitnya memang mirip dengan bukit di film anak-anak teletubies. Terlihat sangat lembut dan memiliki lubang (lembah) tempat munculnya tokoh teletubies.
![]() |
Di Bukit Teletubies |
Setelah itu, jip membawa
kami menuju Pasir Berbisik. Mengapa disebut Pasir Berbisik, karena lokasi ini
pernah dijadikan lokasi syuting film 'Pasir Berbisik' yang diperankan Dian Sastro
dan Christine Hakim.
Menurutku, Pasir Berbisik adalah lokasi terindah. Di sini terdapat banyak gundukan pasir, lebih mirip gunung pasir kecil-kecil yang mengagumkan. Kesannya, gundukan pasir yang terjadi secara alamiah ini seperti dibentuk. Ya, inilah kebesaran Allah, memberikan pemandangan yang luar biasa untuk dinikmati manusia.
Aksi di Pasir Berbisik (1) |
Di kejauhan juga tampak Gunung Batok yang berwarna hijau tua. Gunung Batok ini konon terbentuk setelah Gunung Bromo meletus. Bentuknya mungil, namun warna hijaunya tergradasi karena pengaruh sinar matahari. Hal itu membuat warna hijau gunung berbeda-beda, dari hijau tua, hijau muda, hingga kekuningan. Indah sekali.
Di Pasir Berbisik terdapat
satu warung kopi. Uniknya, air panas yang digunakan bukan dimasak, melainkan
dipendam di dalam pasir hingga mendidih.
Penjualnya adalah seorang
wanita asli Suku Tengger. Untuk bisa berjualan kopi, ia harus turun naik bukit
di sekitar Pasir Berbisik. Meskipun untuk menjualnya ia perlu menempuh
perjalanan terjal, harga jualannya masih murah. Oleh karena jangan khawatir
jika akan minum kopi di sini.
Setelah menikmati
keindahan Pasir Berbisik, perjalanan dilanjutkan untuk menikmati Kawah Bromo. Setelah
menuruni jalan berkelok-kelok dan terjal, jip memasuki padang maha luas. Di
sinilah jip terparkir.
Aksi di Pasir Berbisik (2) |
Untuk menuju Kawah Bromo
kita bisa menaiki kuda dengan tarif Rp 125.000 (pp). Namun jika Anda punya
tenaga lebih, bisa saja jalan kaki. Anda bisa menyusuri tanjakan yang sangat
tinggi dan berundak-undak. Di sebelah kiri jalan terdapat pura sebagai tempat ibadah
umat Hindu.
Untuk bisa menikmati
Bromo, kita tak harus menggunakan jip. Jika dana kita terbatas atau ingin
menghemat, kita dapat menggunakan sepeda motor baik bawa sendiri maupun
menyewa. Meski begitu Anda harus ekstra
hati-hati karena jalanan cukup terjal, berkelok-kelok, dan berpasir.
Perjalanan panjang yang
tidak melelahkan sama sekali dan sarat kesan. Allah telah menciptakan
keindahan Bromo untuk Negeriku....
Kontak Penginapan:
Pak Teguh (0812-34664234)
Gunung Batok |
Kontak Penginapan:
Pak Teguh (0812-34664234)