Labaik Allahumma Labaaik, labaaik Laa Syarika Laka Labaaik Inal Hamda Wan Ni’mata Laka Wal Mulka La Syarikalah….
SELAIN mengisi hari-hari dengan ibadah di Madinah, ada satu hari digunakan kami sekeluarga beserta rombongan umrah untuk mengunjungi ke tempat-tempat yang membuat iman semakin menebal. Salah satu di antaranya adalah Mesjid Quba. Menurut Ustaz yang mendampingi rombongan, shalat dua rakaat di mesjid ini pahalanya sama dengan pahala umrah. Maka, aku, suami, anak-anakku, adik dan kakakku tak menyia-nyiakan kesempatan 'berbelanja' pahala. Jamaah cukup penuh, dan kami harus bersabar mengantre. Sampai akhirnya, kami bisa melaksanakan shalat Tahiyatul Masjid dan shalat sunnah lainnya.
Usai beribadah, kami diantar ke kebun kurma, merasakan kurma muda yang memiliki banyak manfaat untuk kesehatan. Perjalanan dilanjutkan dengan menuju percetakaan Al Quran terbesar di dunia. Hanya saja, kami tak berkesempatan masuk ke dalamnya karena mendekati ba'da Dzuhur. Semua karyawan yang konon jumlahnya mencapai 1.700 orang telah bersiap shalat. Kami pun akhirnya kembali lagi ke hotel, untuk selanjutnya shalat Dzuhur di Mesjid Nabawi.
Pada hari keempat di Madinah, usai shalat Dzuhur kami diminta untuk berikhram karena akan segera melanjutkan ibadah ke Tanah Suci Makkah. Sungguhpun sedih meninggalkan Madinah dan makam Rasulullah, tapi semua bersemangat untuk melanjutkan ibadah umrah. Setelah mandi dan tanpa wewangian, kami bersiap mengenakan busana umrah. Suamiku mengenakan kain ihram warna putih bersih tanpa kesulitan, karena sebelumnya telah belajar dari seorang ustaz yang didatangkan khusus oleh kakak lelakiku saat masih di Indonesia. Giliran anakku, Palwa, harus mengenakan kain ihram dan ini merupakan tantangan terberat.
Terus terang, anak laki-lakiku yang berusia 4 tahun ini cenderung enggak suka mengenakan baju 'aneh-aneh'. Maka, aku nggak yakin betul dia mau mengenakan kain ihram. Tetapi SubhanAllah, ia nurut saja ketika kain ihram dililitkan di tubuhnya lalu dibantu dengan ikatan tali rafia serta peniti. Ia nggak rewel. PSP di tangan telah mengalihkan perhatiannya dari kain ihram ke permainan. Tapi namanya anak kecil yah....begitu sudah berikhram, gaya duduk tetap seenaknya dan itu bikin banyak orang tertawa geli melihat tingkahnya.
Setelah semua jamaah bersiap, mulailah kami berangkat ke Makkah dengan menumpang bus. Kami akan mengambil miqat di Bir Ali. Di sana kami melaksanakan shalat dan mengucapkan Niat Ihram. Tak kusangka, di sini seorang jamaah perempuan entah dari mana (mungkin Turki), menciumi anak lelaki sembari berucap,"SubhanAllah, SubhanAllah.."
Jika merunut kembali ke belakang, anak laki-lakiku memang paling sering dicium atau diberi kue-kue oleh jamaah lain selama di Madinah. Bahkan, wanita bercadar penjaga Mesjid Nabawi selalu menyapa anakku dengan ramah dan terkesan gemas...
Kembali lagi ke perjalanan kami ke Makkah. Dari Bir Ali, kami terus bertalbiyah: Labaik Allahumma Labaaik, labaaik Laa Syarika Laka Labaaik Inal Hamda Wan Ni’mata Laka Wal Mulka La Syarikalah…. Selain itu juga berzikir.
Sebelum mencapai tujuan, kami sempat berhenti di sebuah mesjid di tengah-tengah gurun pasir (saya lupa namanya). Tujuannya adalah menjalankan shalat. Seluruh jamaah turun dari bus, begitu pula denganku. Anak lelaki kugendong keluar dari bus, tetapi udara saat itu sangat dingin membuat anakku menggigil hebat. Takut terjadi apa-apa dengan anakku, aku memilih kembali ke bus. Shalat pun kulaksanakan di dalam bus, karena waktu istirahat di sana sangat singkat.
Dalam perjalanan selanjutnya, kami bertalbiyah dan berdzikir hingga sempat tertidur. Terbangun di tengah malam saat bus memasuki Kota Makkah. SubhanAllah, SubhanAllah, inilah Kota Suci Mekkah--yang selalu membuatku rindu untuk datang. Indah sekali....melebihi keindahan tempat manapun yang pernah kukunjungi. Alhamdulillah, segala puji bagi-Mu ya Allah telah mengizinkan aku dan keluargaku menjadi tamu-Mu di Tanah Suci.
Sebelum menjalankan ibadah Umrah, kami sempat mempersiapkan diri di hotel yang kala itu letaknya cukup jauh (sekitar 1 Km) dari Masjidil Haram. Sebab, Pemerintah Arab Saudi sedang melakukan perluasan Masjidil Haram, sehingga hotel-hotel di sekitarnya dibongkar untuk dipindah lokasinya. Maka, kamipun mendapat hotel lumayan jauh tetapi itu bukan masalah bagi kami. Usai mandi dan berwudlu, kami berjalan kaki bersama-sama menuju Masjidil Haram.
Sesampainya di sana, begitu masuk mesjid kami tertegun melihat Ka'bah. Sesaat, kami sibuk dengan perasaan masing-masing. SubhanAllah, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Ka'bah....Oh....tak terasa air mataku meleleh tak terbendung. Begitu pula jamaah lainnya....Kami saling berpelukan, bahagia, bahagia, indah, indahhhhhh....kebahagiaan itu tak terlukiskan. Sangat tiada tara.....(bersambung)